Bismillahirrahmanirrahiim
Resume Kajian Tauhid
❝ BAB HADITS ANAS BIN MALIK RADHIYALLAHU ‘ANHU SAAT RASULULLAH ﷺ TERLUKA DI PERANG UHUD ❞
RUJUKAN KITAB
Taysirul ‘azizil Hamid fi Syarhi Kitabittauhid
Karya: Syaikh Allamah Sulaiman bin Syaikh Abdullah bin Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahumullahu Ta’ala
Pemateri Al-Ustadz:
ABU IBROHIM ABDUL KHALIQ, Lc., M.H.I. حفظه الله تعالى
Apakah mereka akan menyekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak dapat menciptakan apapun,bahkan mereka sendiri pun diciptakan,mereka tidak mampu memberikan pertolongan sedikit pun bahkan untuk mereka sendiri.
Orang yang menyekutukan Allah dengan makhluk,memohon pertolongan kepada selainnya, sesungguhnya mereka telah melakukan perbuatan yang sangat konyol sebagaimana yang kaum musyrikin lakukan dahulu.
Allah mengabarkan dalam Al Qur’an,
“Tidak ada siapapun yang mampu untuk memberi pertolongan kecuali Allah”.
Lihat Qur’an Surah Fathir : 13
Imam Ibnu Katsir menyebutkan
Kesimpulan dari ahli tafsir tentang ayat ini adalah ,
Allah ta’ala mengabarkan tentang keadaan orang-orang yang ibadahi oleh mereka baik dari kalangan malaikat,para nabi,orang shaleh ,berhala dll
Bahwa mereka adalah makhluk lemah,Tidak mampu memberikan apapun yang dimintakan kepada mereka,dan mereka ini telah hilang/ tidak terpenuhi padanya syarat-syarat yg harus ada pada dzat yg diminta ,yaitu :
1) dia harus memiliki yg kita butuhkan
2) mereka bisa dengar permintaan
3) mampu untuk mengabulkan permintaan
Ini semua tidak ada kecuali pada Allah ,karena Allah lah sang pemilik segala sesuatu baik yang dilangit maupun bumi,mereka tidak bisa mendengar permintaan yang ditujukan kepada mereka,para malaikat pun merupakan makhluk yang terbatas ,mereka adalah hamba Allah yang senantiasa sibuk dengan tugas-tugasnya ,para nabi, orang shaleh yg sudah meninggal tidak bisa mendengar sebagaimana yang masih hidup,mereka pun tidak mampu untuk mengijabahi do’a-do’a yang ditujukan kepada mereka, sampai sampai nanti di yaumul qiyamah, ketika kita meminta syafaat kepada Nabi,mereka tidak mampu memberikannya kecuali atas izin Allah.
Terlebih lagi jika dengan yang alamnya sudah berbeda.
Dan syarat ini hanya terpenuhi oleh Allah azza wa jalla saja ,ia mendengar segala sesuatu dengan jarak yang sangat jauh
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
بَيْنَ السَّماءِ الدُّنْيَا والَّتِي تَلِيْهَا خَمْسُ مِئَةِ عَامٍ؛ وَبَيْنَ كُلِّ سَمَاءٍ خَمْسُ مِئَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ السَّابِعَةِ وَالكُرْسِيِّ خَمْسُ مِئَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ الكُرْسِيِّ وَالماَءِ خَمْسُ مِئَةِ عَامٍ؛ وَالكُرْسِيُّ فَوْقَ الماَءِ، وَاللهُ فَوْقَ الكُرْسِيِّ، ويَعْلَمُ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ.
“Antara langit dunia dengan langit berikutnya berjarak lima ratus tahun, dan jarak antara masing-masing langit berjarak lima ratus tahun. Antara langit ketujuh dengan kursi berjarak lima ratus tahun. Sedangkan jarak antara kursi dengan air berjarak lima ratus tahun. Kursi berada di atas air, sedangkan Allah berada di atas Kursi. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya amal-amal kalian.”
(HR. Ibnu Khuzaimah dalam At-Tauhid, hlm. 105; Al-Baihaqi dalam ‘Al-Asma wa Ash-Shifat, hlm. 401. Riwayat ini disahihkan oleh Ibnul Qayim dalam ‘Ijtima Juyusy Islamiyah’, hlm. 100 dan Adz-Dzahaby dalam ‘Al-Uluw’, hlm. 64. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih sebagaimana dalam Mukhtashar Al-‘Uluw, hlm. 103)
Dan Allah diatas segala sesuatu,tidak menempel dengan makhluk_Nya ,meski dengan jarak yang amat jauh Allah As- Sami’ maha mendengar, ini menujukan kemaha Agungan Allah meskipun dengan jarak perjalanan yang sangat jauh sekalipun Allah adalah Al Qadir (mampu atas segala Sesuatu),Al Malik (yang Maha Merajai ),Allah mememerintahkan kita berdo’a kepada_Nya,
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Rabbmu berfirman:“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.[Al-Mu’min/Ghafir/40: 60].
Malaikat adalah makhluk yang terbatas,Mereka tidak memiliki apapun yg ada di langit dan dibumi,Allah menegaskan mereka makhluk yang lemah dan tidak layak di ibadahi,mereka tidak memiliki apapun meski hanya setipis Qithmir ( setipis kulit Ari) ,mereka tidak bisa menggunakan apapun yang ada pada mereka kecuali atas izin Allah.
Allah Azza Wa Jalla berfirman,
“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing menyebar menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikianlah Allah Tuhanmu, milik-Nyalah segala kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”.
(Q.s Fathir : 13)
Dalil lainnya,
“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan”.
Q.s Al-Ankabut : 17
Dan juga pada Qur’an surah Sabaa : 22
“Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya”.
Maka hakikatnya adalah mereka tidak memiliki apapun sebesar semut merah yang kecil sekalipun.
Maka jika keadaan mereka seperti ini ,mengapa mereka disekutukan dengan Allah?
Allah menafikan mereka bisa mendengar
dalam Al Qur’an surah Fathir : 14,
“ Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak akan pernah mendengar seruanmu; dan jika mereka mendengarnya, mereka tidak dapat memenuhi permintaanmu. Dan di hari pemberhentian mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang maha Mengetahui “.
Maka jikapun mereka di izinkan untuk bisa mendengar,maka mereka tidak akan mampu untuk mengijabahi doa- doa yang dipanjatkan kepada mereka.
Orang musyrik pada zaman dahulu enggan berdoa kepada Allah dengan alasan banyak dosa dan takut tidak di kabulkan do’anya,
Padahal Allah Al Ghafur Maha Pemaaf, Dan ampunan Allah sangatlah luas.
Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata,
“Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” [HR. at-Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih].
Allah memerintahkan agar kita langsung berdo’a kepadanya,bukan dengan perantara,Allah menyebutkan diantara akibat yang mereka rasakan di yaumul qiyamah keadaan orang yang minta ,nantinya mereka akan mengingkari kesyirikan kalian,orang yang dahulu mereka harapkan ternyata akan menjadi musuh diyaumul qiyamah,mereka akan berlepas diri dari peribadatan kalian.
Orang-orang yang berdoa melalui perantara,mereka tidak mempunyai satu dalilpun baik dari Al Qur’an maupun hadist shahih kecuali atas hawa nafsu mereka yang iringi dengan pemahaman yang bathil yang mereka simpulkan sendiri dari dalil yang lemah.
Allah berfirman dalam Al Qur’an,
Dan mereka telah mengambil “sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka.”
(Quran Surah Maryam : 81)
“Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.”
(Quran Surah Maryam : 82)
Mereka berharap akan dapat Izzah (kemuliaan) dari orang-orang shaleh agar diberikan kelancaran usaha, dimudahkan rezeki dll. Padahal mereka tidak akan mendapatkan Izzah dari perbuatan tersebut.
Bahkan Imam Ahmad pernah melihat pendeta Nasrani dan kemudian menutup matanya,Lalu ditanya sebabnya,maka beliau menjawab “Saya tidak mampu untuk melihat orang yang merubah rubah ayat Allah”.
kenapa demikian ? Sebab mereka tidak mengangungkan Allah dengan sebaik baik pengagungan.
Mereka lebih memilih hawa nafsu Daripada tunduk kepada Al Qur’an dan Sunnah.
Izzah (kemuliaan) hanyalah dengan Islam.
Allah menyukai orang yang menghormati orang lain ,namun jangan sampai berlebih-lebihan karena toleransi memiliki batasan,tidak boleh mencampur adukannya dengan agama yang mulia ini.
Maka meminta kepada selain Allah dianggap ibadah kepada selain_Nya.
Maka orang yang mendakwahkan tauhid, mengajak untuk hanya tunduk kepada Allah saja,Karena makhluk tidaklah bisa apa-apa ,seorang Nabi pun tidak bisa apa-apa jika bukan karena Allah.
Dalam Kitab Ash-Shahih, dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata, “Waktu peperangan Uhud Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terluka di bagian kepala dan gigi taringnya, maka beliau bersabda:
كيف يفلح قوم شجوا نبيهم؟ فنزلت: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ}
‘Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melukai Nabi mereka.’ Lalu turunlah ayat: ‘Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka.’”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Allah menurunkan firmanya dalam Surah Al Imran : 128
“Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim”.
Nabi tidak bisa mendatangkan manfaat maupun madhorot kecuali dengan izin Allah.
Maka jangan di tujukan permintaan kepada beliau apalagi sesudah beliau meninggal.
Ketika Allāh memerintahkan Rasūlullāh ﷺ untuk berdakwah secara terang-terangan, ‘Āisyah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā mengisahkan,
لَمَّا نَزَلَتْ {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ} قَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الصَّفَا، فَقَالَ: «يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ، يَا صَفِيَّةُ بِنْتَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، سَلُونِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتُمْ»
_
“Saat turun ayat wa andzir ‘asyīratakal aqrabīn (Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang dekat), dengan serta merta Rasūlullāh ﷺ langsung berdiri di atas bukit As-Shafa lalu ia berkata:
“Wahai Fāthimah putri Muhammad, wahai Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib, wahai anak-anak ‘Abdul Muththalib, sesungguhnya aku tidak bisa menolong kalian (di akhirat) sama sekali, jika ingin harta maka mintalah kepadaku apa yang kalian mau.”(HR Muslim no 205)
Hadist ini menjadi bantahan bagi mereka yang bergantung kepada selain Allah, padahal Allah selalu siap mendengarkan kita ,Allah Rabb yang maha kaya ,Allah yang lebih tahu apa yang kita butuhkan.
Dari Salman al-Farisi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا »
“Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Ta’ala adalah maha pemalu lagi maha mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa“.
HR Abu Dawud (no. 1488), at-Tirmidzi (no. 3556), Ibnu Majah (no. 3865) dan Ibnu Hibban (no. 876). Dalam sanadnya ada perawi yang bernama Ja’far bin Maimun, ada kelemahan pada riwayatnya, akan tetapi hadits ini memiliki banyak jalur yang saling menguatkan. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, Ibnu Hajar dalam “Fathul Baari” (11/147), Ibnul Qayyim dan al-Albani (Mukhtasharul ‘uluw, hal. 75).
Allah Maha Pengabul Do’a kecuali ada sebab penghalang terkabulnya ,maka caranya adalah dengan introspeksi diri.*
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
_
“Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat sendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Yakinlah dengan janji Allah dengan kemuliaan sifat-sifatnya,maka Allah akan mengabulkan doa kita.
Jika urusan kita sedang susah maka katakanlah barangkali ini adalah karena dosa yang saya lakukan ,maka segera bertaubat kepada Allah karena
balasan sesuai dengan amalan yang dilakukan (al jaza’ min jinsil ‘amal).
Ketika kita sedang dapat kemudahan dari Allah jangan sombong dan lantas berkata ini karena kemampuan saya , tapi
Katakanlah “Allah memberiku ini karena kedermawanan Allah , bukan karena saya tinggi derajatnya disisi Allah”
Maka dengan hal tersebut dia akan memperbaiki lagi amalannya.
Orang beriman tidak berputus asa , keputus-asaan bukan sifat orang mukmin,karena apapun ketetapan dari Allah adalah baik seluruhnya tidak ada yang tidak baik.
Seringkali kitalah yang lupa dengan ketetapan Allah,kita lupa bagaimana mengimani takdir_Nya.
Anggaplah bahwa musibah yang datang sebagai kafarat dari dosa dosa kita.
Nabi yang paling mulia Shalalahu ‘Alaihi dari Ulul Azmi dan yang termasuk salah satu khalilul Rahman ,meskipun betapa mulianya beliau tidak dapat mendatangkan manfaat maupun madhorot kecuali atas izin Allah .
Ketika nabi berkata,
“Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melukai Nabi mereka.’ Lalu turunlah ayat: ‘Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka.’”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan nyatanya pada perang waktu itu banyak orang-orang yang masuk Islam yang pada saat itu panglima perangnya Khalid bin Walid yang masih dalam keadaan belum memeluk Islam,namun Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin.
Maka Akibat dari segala urusan ada pada Allah.
Dalam sebuah hadist,
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ فِي الرَّكْعَةِ اْلأَخِرَةِ مِنَ الْفَجْرِ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ الْعَنْ فُلاَنًا وَفُلاَنًا وَفُلاَنًا بَعْدَمَا يَقُوْلُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ . فَأَنْـزَلَ اللَّهُ: لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
Dari Ibnu Umar, “Sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku’ di raka’at yang terakhir ketika shalat Shubuh, ia membaca: “Allahummal ‘an fulanan wa fulanan wa fulanan (Ya Allah laknatlah si fulan dan si fulan dan si fulan) sesudah ia membaca Sami’allaahu liman hamidahu. Kemudian Allah menurunkan ayat (yang artinya): ‘Sama sekali soal (mereka) itu bukan menjadi urusanmu, apakah Allah akan menyiksa mereka atau akan mengampuni mereka. Maka sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang zhalim.’”
[Ali ‘Imraan/3: 128]
Kemudian beliau meninggalkan doa seperti ini,tidak lagi berdo’a dalam Qunut subuh lagi.
Dalam Al Qur’an Nabi shalallahu alaihi wa salam berkata,
“Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan”. Quran Surah Jin : 21
“Artinya: Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya”.
Quran surah Jin : 22
“Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.”
Quran Surah Jin : 23
Ini menunjukkan bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam hanya menyampaikan saja apa yang diamanahkan kepada beliau,manusia harus berdoa kepada Allah saja tidak pada nabi_Nya , malaikat_Nya,orang shaleh dan semisalnya.
Lantas dari manakah mereka punya dalil menyembah orang shaleh?
Bahkan Thagut (orang- orang yang melampaui batas) mereka mengira mereka selain Allah bisa mengijabahi doa mereka,ataupun meminta perlindungan,mereka berdoa didaratan maupun lautan baik mereka hadir maupun ghaib,baik kepada yang masih hidup maupun yang sudah meninggal ,kmudian mereka juga mengatakan beberapa bait dalam Qasidah tentang Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dengan hal yang terlalu berlebih lebihan tentang beliau,maka ini termasuk ghuluw’ kepada beliau.
Semoga Allah memudahkan kita untuk senantiasa berbuat kebaikan serta terhindar dari kesyirikan.Aamiin