بسم الله الرحمن الرحيم
Boleh Kaya, Asal…
Ustadz Abu Fawwaz Hafidzahullah
Muqadimmah
Alhamdulillah pada pagi ini Allah memudahkan kita untuk mempelajari ayat ayat Allah dan juga Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu’alayhi wa Sallam. Yang mana pertemuan kita kali ini masuk ke dalam kategori Halaqah Dzikir.
Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا
“Jika kalian melewati taman-taman surga, maka nikmatilah/bersenang-senanglah padanya.”
Para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum bertanya: “Ya Rasulullah, apakah itu taman-taman surga?”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
حَلَقُ الذِّكْرِ، فَإِنَّ لِلَّهِ تَعَالىَ سَيَّارَاتٌ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ يَطْلُبُوْنَ حَلَقَ الذِّكْرِ ، فَإِذَا أَتَوْا عَلَيْهِمْ حَفُّوْا بِهِمْ.
“Majelis-majelis yang disebut nama Allah, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai para malaikat yang mereka selalu mencari majelis-majelis pengajian di dunia, kalau mereka telah menemukannya, maka para malaikat itu akan melingkupi orang-orang yang hadir di majelis tersebut dengan sayap-sayap mereka.” (Hadits hasan dijelaskan oleh Syaikh Albani dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah)
Imam Atho bin Abi Rabbah Rahimahullah murid dari Abdullah bin Umar, menyebutkan halaqah dzikir adalah majelis Ilmu, karena didalamnya disebutkan firman Allah dan perkataan Rasulullah Shallallanu’alayhi wa Sallam.
Bukankah ketika disebutkan firman Allah dan perkataan Rasulullah, menjadikan kita mengingat Allah dan akhirat?
Maka Majelis Ilmu masuk didalamnya halaqah dzikir, dan itulah yang disebut Rasulullah taman taman Syurga
Imam Ibnu Qayyim menyebutkan 6 tanda tentang kebersihan hati seseorang, salah satunya adalah banyak berdzikir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
(QS. Asy-Syuara : 88-89)
Hati yang selamat itu yang bagaimana?
Maka Imam Ibnu Qayyim menyebutkan salah satunya dengan banyak berdzikir.
Maka, ketika disebutkan Halaqah Dzikir adalah Majelis Ilmu, diantara hati kita bersih itu adalah hadirnya kita di Majelis Ilmu.
Tanda ke 2 hati yang bersih adalah rasa sakit (yang sangat) yang dirasakan oleh hatinya ketika ia tidak melakukan kebiasaan baik yang biasa dilakukan nya.
Misalnya, ada orang yang terbiasa membaca Al Quran namun pada satu hari ia terlewat tidak membaca Al Qur’an, lalu hatinya menjadi gelisah, hatinya menjadi bersedih.
Hati yang bersih dan selamat adalah yang paling dibutuhkan ketika hari kiamat.
Tanda yang ke 3 adalah pelit terhadap waktu.
Allah mewajibkan zakat kepada manusia 2,5%, karena Allah tahu bahwa manusia itu dihiasi dengan cinta harta, dan memiliki syahwat.
Maksud pelit terhadap waktu itu benar benar maksimal dalam memanfaatkan waktu, karena sebaik baik harta bagi kita adalah waktu.
Maka sangat sayang waktu kita yang sedikit di dunia apabila dipakai dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
————————-
Dipertemuan yang lalu Kita membahas tentang Nabi Shallallahu’alayhi wa Sallam yang diperintahkan dakwah secara terang-terangan, setelah 3 tahun dakwah secara sembunyi-sembunyi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَا صْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَ اَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ
“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.”
(QS. Al-Hijr 15: Ayat 94)
Ketika Allah menurunkan ayat ini, Rasulullah shallallahu’alayhi wasallam langsung mengumpulkan para Sahabat dan kabilah-kabilah yang ada, lalu Rasulullah shallallahu’alayhi wasallam berdakwah, kemudian mengatakan “Sesungguhnya kerabat yang baik tidak akan membohongi keluarganya, demi Zat yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus, dan secara umum kepada semua manusia. Demi Allah, kalian akan mati sebagaimana kalian tidur, kalian akan dibangkitkan sebagaimana kalian dibangunkan ketika tidur, kalian akan dihisab atas apa yang kalian perbuat, disana ada Syurga yang kekal, atau neraka yang kekal.
Dalam Riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu disebutkan
Dan aku menjadi pemberi peringatan kepada kalian akan adzab Allah yang pedih.
Faidah dari kisah tersebut diantaranya;
1. Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alayhi wasallam telah menghabiskan waktunya selama 3tahun untuk dakwah secara sembunyi, kemudian setelah itu beliau terang-terangan dalam berdakwah. Antara dakwah sirriyah atay jahriyyah, semuanya sama yaitu ajakan untuk mengtauhidkan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Perintah pertama yang harus dilakukan yang harus diajarkan dan harus dipelajari adalah bagaimana mengtauhidkan Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36).
Ibnu ‘Abbas ia berkata,
لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ »
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat, maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka zakat dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan untuk orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun hati-hati dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19)
Maka manhaj yang benar adalah ketika kita tidak lepas dari mempelajari Tauhid dan kesyirikan, karena itu dakwahnya para Nabi dan Rasul, dan Tauhid itu asas/ushul (pondasi). Dan yabg dibangun diatas tauhid adalah amal-amal soleh. Dan amal soleh harus dibangun di atas Tauhid yang benar, kareba tidak akan tegak amal soleh tanpa Tauhid.
Lihatlah celaan Allah kepada orang kafir tentang amalannya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا۟ مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَٰهُ هَبَآءً مَّنثُورًا
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.
(QS. Al Furqan : 23)
Debu tidak perlu pondasi karena debu itu bertebangan.
Berarti merawat pondasi itu dimulai dari mau mendirikan bangunan sampai akhir zaman pondasi itu harus kuat.
Maka sampai akhir hayat, Kita jaga dan pelajari terus Tauhid ini. Nabi Musa ‘alayhissalam meminta kepada Allah “yaa Allah, ajarkan aku sesuatu yang aku bisa berdzikir dengan nya dan aku bisa berdoa dengannya”
Allah mengatakan “Katakanlah Laa Ilaahaa illallah”
Kata nabi Musa “semua manusia mengatakan ini”
Kata Allah “seandainya 7 lapis langit dan penghuninya kecuali Aku dan juga bumi yang 7 dalam 1 timbangan, dan kalimat Laa ilaahaa illallah di timbangan sebelahnya, maka timbangan yang berat adalah kalimat Laa ilaaha Ilallah”
,
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَاَ مَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَا زِيْنُهٗ
“Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,”
فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّا ضِيَةٍ
“maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang).”
(QS. Al-Qari’ah 101: 6-7)
Maka yang harus kita jaga adalah kalimat Laa ilaaha Illallah.
Kemudian, kita mengetahui bahwa Kita semua adalah pendosa. Dan Allah akan mengampuninya dengan syarat Tauhid.
Dalam hadits qudsi dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi kemudian engkau tidak berbuat syirik pada-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi itu pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Sanad hadits ini hasan sebagaimana dikatakan oleh Al Hafizh Abu Thohir)
Kenapa orang Quraisy tidak mau mengucapkan kalimat Laa Ilaaha illallah? Karena mereka faham tentang isinya, maka jawaban mereka “Wahai Muhammad!
Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sungguh, ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.”
(QS. Sad 38: Ayat 5)
Maka pelajari Tauhid sampai akhir hayat, pelajari Tauhid sampai dengan detail. Ini yang paling penting.
Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah mengatakan najisnya kesyirikan itu najis secara dzatnya yang tidak bisa disucikan.
Orang musyrik itu kekal dineraka, karena syirik itu najis secara dzatnya.
2. Nabi Shallallahu’alayhi wa Sallam mengawali dakwahnya ke kerabut dekatnya padahal Nabi sebagai Rasul diutus kepada seluruh manusia. Dan ini menunjukkan bahwa tingkatan-tingkatan tanggung jawab.
Maka wajib bagi kita mengajari Tauhid adalah keluarga kita sendiri. Jangan sampai ke oranglain semangat, ke keluarga tidak semangat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)
3. Kita harus percaya diri dengan apapun yang diajarkan Rasulullah. Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam menyebutkan keutamaan berjenggot, maka percaya dirilah dengan jenggotnya, percaya dirilah dengan pakaian yang betul menutup aurat. Tampakkan bahwa Kami Muslim!
Percaya dirilah dengan agama kita, karena itu sebagai bentuk pengagungan kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.
(QS. Al Hajj : 33)
———————
Syaikh Abdurrozaq ketika menyebutkan mengenai hadist ke 88 ini, beliau mengatakan “inilah keuntungan memiliki teman yang baik (mendoakan kebaikan) dan teman memiliki hak agar didoakan banyak anak dan banyak hartanya”
48. Bab tentang Siapa yang Mendo’akan Temannya agar di Perbanyak Harta dan Anaknya
Hadits no 88
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا، وَمَا هُوَ إِلَّا أَنَا وَأُمِّي وَأُمُّ حَرَامٍ خَالَتِي، إِذْ دَخَلَ عَلَيْنَا فَقَالَ لَنَا: «أَلَا أُصَلِّي بِكُمْ؟» وَذَاكَ فِي غَيْرِ وَقْتِ صَلَاةٍ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: فَأَيْنَ جَعَلَ أَنَسًا مِنْهُ؟ فَقَالَ: جَعَلَهُ عَنْ يَمِينِهِ؟ ثُمَّ صَلَّى بِنَا، ثُمَّ دَعَا لَنَا – أَهْلَ الْبَيْتِ – بِكُلِّ خَيْرٍ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، فَقَالَتْ أُمِّي: يَا رَسُولَ اللَّهِ، خُوَيْدِمُكَ، ادْعُ اللَّهَ لَهُ، فَدَعَا لِي بِكُلِّ خَيْرٍ، كَانَ فِي آخِرِ دُعَائِهِ أَنْ قَالَ: «اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ، وَبَارِكْ لَهُ» صحيح
“Aku pernah masuk menjumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari. Ketika itu di rumah, tidak ada orang kecuali aku, ibuku, dan Ummu Haram, yaitu bibiku. Ketika Rasulullah masuk menemui kami, beliau berkata, “Maukah kalian aku mendirikan shalat bersama kalian?” Ketika itu bukan masuk waktu shalat. (Jadi, shalat yang ditawarkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam adalah shalat sunnah.) Ada yang bertanya, “Di mana Anas radhiyallahu ‘anhu diletakkan oleh Rasulullah?” Lalu dijawab, “Anas ketika itu diletakkan di sebelah kanannya.” (Adapun Ummu Sulaim dan Ummu Haram di belakang.) Kemudian Rasulullah shalat dengan kami, lalu Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa untuk kami, seisi rumah, dengan semua kebaikan, baik kebaikan dunia ataupun akhirat. Ibuku (Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha) berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, pembantu kecilmu (Anas), doakan kepada Allah untuk dia.” Maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam memintakan untukku dengan segala kebaikan. Di penghujung doanya, Rasul shallallahu ‘alaihi wasallamberkata, “Ya Allah, banyakkan hartanya dan anaknya serta berkahi dia.”
Kemudian pada suatu hari Anas Radhiyallahu ‘anhu berkata,” Demi Allah hartaku banyak dan sungguh anak dan cucuku sampai seratus orang sejak hari ini”.
Di zaman Hazaz, anak-anak Anas yang meninggal sudah sebanyak 120. Inilah bukti mukjizat mustajabnya doa Nabi Shallallahu’alayhi wa sallam.
Dari hadist di atas, kita ketahui bahwa;
– Nabi Shallallahu’alayhi wa Sallam adalah manusia yang tawadhu (rendah hati), ia adalah seorang pemimpin seorang Nabi, akan tetapi beliau Shallallahu’alayhi wa Sallam tidak segan mendatangi rumah pelayan nya bahkan Sholat dirumah pelayan nya itu.
Zaman dahulu, saking tawadhu nya para Sahabat terhadap dunia, sampai-sampai Gubernur Sa’id bin Abi Waqash hanya memiliki 1 pakaian saja.
– Bolehnya melakukan Sholat Sunnah secara berjamaah akan tetapi dilakukan hanya sekali-kali.
– Begitu sayang Ummu Sulaim kepada putranya yakni Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, terlihat Ummu Sulaim ini mengedepankan putranya untuk didoakan secara khusus oleh Nabi Shallallahu’alayhi wa Sallam.
Faidah Hadist;
1. Diantara kebaikan dunia akhirat seseorang adalah banyak anak dan banyak harta. Boleh banyak harta, asal hartanya berkah, dan banyak bersyukur
Imam Ibnu Taimiyyah pernah ditanya, mana yang paling baik antara kaya atau miskin. Akan tetapi beliau Rahimahullah mengatakan bahwa diantara keduanya ada kebaikan.
Sebagian Ulama mengatakan yang terbaik adalah orang kaya yang bersyukur, dalilnya yakni
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( لاَ حَسَدَ إِلاَّ في اثْنَتَيْنِ : رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ القُرْآنَ ، فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاء اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً ، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ )) متفقٌ عَلَيْهِ .
(( والآنَاءُ )) : السَّاعَاتُ .
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara: seseorang yang diberikan kepandaian Al-Qur’an oleh Allah, lalu ia membaca dan mengamalkannya pada malam dan siang hari, dan seseorang yang diberi harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 5025 dan Muslim, no. 815]
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.”
Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR. Bukhari no. 843).
Abu Shalih yang meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Hurairah berkata,
فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ »
“Orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin kembali menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkata, “Saudara-saudara kami yang punya harta (orang kaya) akhirnya mendengar apa yang kami lakukan. Lantas mereka pun melakukan semisal itu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengatakan, “Inilah karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang ia kehendaki.” (HR. Muslim no. 595)
Akan tetapi pada orang miskin pun ada kebaikan. Bahwanya Nabi Shallallahu’alayhi wa Sallam berdoa agar kelak dibangkitkan bersama orang miskin. Dan orang miskin akan lebih dulu masuk Syurga daripada orang kaya, karena orabg kaya itu akan bbnyak dihisab.
Dalam hadits Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ « اللَّهُمَّ أَحْيِنِى مِسْكِينًا وَأَمِتْنِى مِسْكِينًا وَاحْشُرْنِى فِى زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ». فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِنَّهُمْ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ بِأَرْبَعِينَ خَرِيفًا يَا عَائِشَةُ لاَ تَرُدِّى الْمِسْكِينَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ يَا عَائِشَةُ أَحِبِّى الْمَسَاكِينَ وَقَرِّبِيهِمْ فَإِنَّ اللَّهَ يُقَرِّبُكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ »
“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah aku bersama dengan orang-orang miskin pada hari kiamat”. ‘Aisyah berkata, “Mengapa –wahai Rasulullah- engkau meminta demikian?” “Orang-orang miskin itu masuk ke dalam surga 40 tahun sebelum orang-orang kaya. Wahai ‘Aisyah, janganlah engkau menolak orang miskin walau dengan sebelah kurma. Wahai ‘Aisyah, cintailah orang miskin dan dekatlah dengan mereka karena Allah akan dekat dengan-Mu pada hari kiamat”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Tirmidzi no. 2352. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu mengatakan
حَلَالُهَا حِسَابٌ وَحَرَامُهَا عَذَابٌ
Halalnya harta akan dihisab dan haramnya akan mendatangkan adzab.
Bila kita diberi kekayaan oleh Allah, takwalah dalam kekayaan tersebut dan apabila diberi kemiskinan oleh Allah takwalah dalam kemiskinan tersebut. Karena yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertakwa.
Boleh kita meminta kepada Allah agar diberi harta yang banyak, tapi jangan lupa berdoa pula agar harta tersebut menjadi berkah.
Bagaimana agar harta kita berkah?
1. Cari dengan Iman
2. Jujur dalam bermuamalah
3. Berdoa agar harta kita di berkahi
Salah satu doa yang bisa kita amalkan diantaranya
اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي
“Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku.”
Bagaimana agar berkah memiliki anak?
Anak yang berkah adalah anak yang taat kepada Allah.
Anak yang mendoakan orangtuanya, itulah anak yang berkah.
Lalu bagaimana agar umur kita diberkahi?
Perlu kita ketahui bahwa berkah itu yakni memiliki kebaikan yang banyak. Maka manfaatkan usia kita untuk melakukan kebaikan yang mana pahala nya berlipat-lipat.
Misalnya dalam Shalat Sunnah yang di utamakan;
1. Shalat Sunnah Rawatib
2. Shalat Sunnah Dhuha
Dan amalan yang paling besar pahala nya adalah mempelajari Tauhid.